Konferensi Asia Afrika 1955
Konferensi Asia Afrika tahun 1955 menjadi tonggak penting dalam sejarah bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Para delegasi yang berasal dari 29 negara peserta konferensi berkumpul di Bandung, Indonesia untuk membahas perdamaian, keamanan, dan pembangunan ekonomi di tengah-tengah berbagai masalah yang muncul di berbagai belahan dunia.
Sebagian besar permasalahan tersebut disebabkan oleh dua blok yang memiliki kepentingan yang berbeda dan bertentangan ideologi. Kedua blok tersebut adalah Blok Barat dan Blok Timur. Masing-masing blok berusaha memperoleh dukungan dari negara-negara di Asia dan Afrika, yang dikenal dengan istilah "Perang Dingin". Situasi dunia, khususnya di benua Asia dan Afrika juga dipengaruhi oleh berbagai bentuk kolonialisme. Selain itu, beberapa negara Asia dan Afrika mengalami konflik yang muncul sebagai akibat dari kolonialisme dan politik divide et impera. Pada saat itu, PBB tidak mampu menangani permasalahan tersebut.
Hal-hal inilah yang menjadi alasan utama bagi pemerintah Burma (Myanmar), India, Indonesia, Pakistan, dan Sailan (Sri Lanka) untuk menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika (KAA). Kelima negara ini mengajak negara-negara lain di Asia, Afrika, dan Timur Tengah untuk menciptakan etos baru hubungan antara bangsa-bangsa, yang disebut “Bandung Spirit”. Para pemimpin di KAA juga mendeklarasikan “Dasasila Bandung” yang mencerminkan komitmen bangsa-bangsa untuk mempraktekkan toleransi dan kedamaian hidup satu sama lain sebagai tetangga yang baik.
Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika 2005
Lima puluh tahun setelah konferensi, Indonesia berhasil menjadi tuan rumah Peringatan 50 tahun Konferensi Asia-Afrika. Bandung Spirit kembali dihidupkan dan berbagai rencana disusun untuk menjalin kerja sama antara dua benua. Seluruh peserta yang berkumpul pada tanggal 22—24 April 2005 di Jakarta dan Bandung meyakini bahwa Bandung Spirit senantiasa menjadi dasar yang kokoh untuk memelihara hubungan yang lebih baik di antara bangsa-bangsa Asia dan Afrika serta untuk menyelesaikan isu-isu global. Peringatan KAA tersebut mengarah pada penciptaan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP).
Secara resmi ditandatangani oleh Indonesia dan Afrika Selatan—sebagai tuan rumah bersama KTT—Deklarasi NAASP berfungsi sebagai cetak biru bagi kolaborasi kedua benua dalam memerangi kemiskinan dan keterbelakangan yang dianggap sebagai masalah utama di Asia dan Afrika. Kesepakatan ini ditujukan untuk memperkuat multilateralisme, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan perdamaian dan keamanan global, dan mengupayakan jalur pertumbuhan berkelanjutan antara kedua kawasan. Selain itu, para pemimpin yang hadir juga mengesahkan dokumen capaian mengenai pengentasan kemiskinan, terorisme, senjata pemusnah massal, dan pengembangan sistem peringatan dini tsunami.
Peringatan ke-60 Konferensi Asia Afrika dan Peringatan ke-10 Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika
Dalam Peringatan ke-60 Konferensi Asia Afrika dan Peringatan ke-10 Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP), Pemerintah Republik Indonesia akan menjadi tuan rumah serangkaian acara tingkat tinggi dengan tema "Penguatan Kerja sama Selatan-Selatan dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan dan Perdamaian Dunia" di Jakarta dan Bandung pada 19—24 April 2015. Sebanyak 109 negara Asia dan Afrika, 16 negara pengamat dan 25 organisasi internasional diundang untuk berpartisipasi dalam acara penting ini.
Forum ini bertujuan untuk menjembatani negara-negara Asia dan Afrika dalam mengejar kemitraan yang lebih kuat dan sarana berbagi pengalaman dalam meningkatkan pembangunan ekonomi kedua kawasan. Forum ini juga menjadi kesempatan untuk membahas solusi dan cara mengatasi tantangan bersama melalui penguatan kerja sama Selatan-Selatan.
Rangkaian pertemuan ini akan diawali dengan pertemuan tingkat pejabat tinggi (Senior Official Meeting) pada tanggal 19 April 2015, diikuti oleh pertemuan tingkat menteri (Ministerial Meeting) pada 20 April dan pertemuan tingkat kepala negara (Leaders Meeting) pada 22—23 April 2015. Selain itu, Asia-Africa Business Summit akan diselenggarakan pada 21—22 April di Jakarta sebagai acara pendamping. Peringatan KAA yang ke-60 akan diselenggarakan di Bandung pada tanggal 24 April 2015.
Konferensi Asia Afrika 2015 bertujuan untuk menyimpulkan tiga dokumen keluaran yaitu Bandung Message, dokumen tentang penghidupan kembali NAASP, dan deklarasi mengenai dukungan negara-negara Asia-Afrika untuk Palestina. (Siti Chodijah, Filmon Warouw)
Arti / Makna Logo Baru Konferensi Asia Afrika ke 60 Tahun 2015
Gambar di atas yang merupakan sebuah logo dengan latar belakang putih merupakan logo resmi yang bakal digunakan dalam konferensi Asia-Afrika April 2015 mendatang.
Tulisannya dari siluetnya terlihat seperti angka 60, tapi terbacanya seperti AA. Logo itu memang tergambar seperti huruf a kecil. Untuk warna merah, menandakan warna Asia. Sementara hijau itu adalah Afrika.
Yang membanggakan, logo ini buatan warga Indonesia. Lebih khususnya lagi seorang warga Bandung bernama Firman. Desain ini berlaku sebagai logo resmi untuk semua kegiatan KAA.
Mengenai acara, akan dibagi menjadi dua tempat, Jakarta dan Bandung. Namun kota Bandung akan menjadi puncak perayaan konferensi ini.
0 Komentar